JARUM PENTUL

Ayah ...
Tak mungkin kukorbankan dirimu hanya karena sebuah jarum pentul.


Pagi itu, seperti biasanya, aku harus siap-siap berangkat ke sekolah. Setelah mandi dan mengenakan pakaian seragam, aku bergegas memasang jilbabku. Jibab putih untuk seragam putih abu-abuku di hari selasa.
Ku lirik jam di tangan yang sudah dari tadi kupakai. Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB. 15 menit lagi bel sekolah akan berbunyi. Sedangkan perjalanan ke sekolah memakan waktu 10 menit dari rumahku.
Kupasang jilbab yang sudah tergantung rapi di lemari, kukaitkan peniti di jilbab sehingga jilbab terpasang dengan rapi. Sekilas kulihat penampilan jilbabku di cermin. Tampilan jilbab anak sekolah yang kekinian. Hanya menggunakan 1 peniti di bagian leher. Simpel dan praktis. Kubiarkan sebagian leher ku terlihat karena rasanya makan waktu lebih lama untuk menyatukan jilbab sehingga leher  dan dada lebih tertutup. Lucu rasanya kalau harus begitu. Seperti emak-emak pengajian, pikirku.

Kuhampiri ayah yang sudah menungguku sedari tadi dengan sepeda motornya. Ayahku yang sabar dan penyayang.

Selama perjalanan, kubiarkan angin menerpa jilbabku. Perlahan dan sering kubiarkan leherku disapa angin. Kadang sampai jilbabku tersingkap.

Pas pukul 06.55 WIB aku sudah sampai di sekolah. Pelajaran pertama hari ini, pelajaran yang memusingkan. Tetapi karena gurunya kece badai dan ramah, pelajaran jadi menyenangkan.

07.30 WIB pelajaran kimia dimulai setelah Imtaq dan literasi. Buk guru kece masuk ke kelas. Pelajaranpun dimulai. Seperti biasanua, pelajaran kimia selalu diselingi verita motivasi dari bu guru.
Entah siapa yang mulai duluan, ibu tiba-tiba bertausiyah. Kira-kira begini isi tausiyahnya:

"Ada 4 orang perempuan yang akan MENGHALANGI kaum laki-laki masuk syurga. Ibunya, Istrinya, Saudara perwmpuannya, dan ANAK PEREMPUANnya. Gara-gara kalian (sambil melihat kami yang perempuan) pake jilbab kayak gini nih ... (sambil menunjuk ke salah satu teman perempuanku yang duduk di depan), ayah kalian jadi terhalang masuk syurganya looooh. Cuma gara-gara kalian biarkan leher kalian terbuka, dada kalian terbuka. Padahal apa salahnya sebuah jarum pentul yang harganya tidak sampai seribu perak itu kalian sematkan di jilbab agar leher dan dada kalian tertutup. Gara-gara jarum pentul, apakah kalian rela mengorbankan amalan ayah kalian???. Ayah yang selama ini sudah berjuang demi hidup kalian. Kadang mungkin berutang sana sini demi menyekolahkan kalian".

JLEBBB!!!!, Sangat menusuk sekali tausiyah guru kece ini. Perlahan setetes air keluar dari  sudut mataku.
Padahal sepack jarum pentul itu ada di atas meja belajarku. Cuma karena hati ini ingin bergaya kekinian dan rasanya terlalu banyak waktu yang terbuang hanya gara-gara menyematkan jarum pentul.

Terbayang ayah yang sabar dan penyayang di benakku. Ayah yang tidak pernah berkata TIDAK untuk anak perempuannya ini.
Ayah yang pekerja keras, ayah yang selalu tersenyum walaupun banyak beban di hati dan pikirannya. Ayah yang kuat, ayah yang sempurna.

Kutanya lagi hatiku. Apakah aku setega itu?
Tega menghalangi ayah masuk syurga hanya karena sebuah jarum pentul?

Aku termenung, kubiarkan bu guru kece melanjutkan cerita motivasinya. Kuambil pulpenku. Di halaman belakang buku catatan kimiaku ku tulis cerita ini.
Dan di sini kutulis lagi:
Ayah, aku ingin cepat pulang dan memelukmu. Minta maaf padamu karena kesalahanku. Aku berjanji tidak akan jadi penghalangmu masuk surga. Aku berjanji, Ayah.
Kuselesaikan tulisanku seiring bunyi bel keluar main. Aku bergegas menuju koperasi sekolah dan membeli jarum pentul untuk kemudian kusematkan di jilbabku. Demimu ayah. Demi pengorbananmu untukku.

Komentar

  1. Sungguh bagus sekali ceritanya.amat menyentuh sekali.andai banyak anak perempuan yang baca pasti tulisan ini pasti dia juga berbuat yang sama.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP MASA LALU UNTUK MASA DEPAN

MENULIS DALAM SEPIMU

MENJADI KUAT ITU SULIT ...