JUMAWA PADA SANG PADI

Kadang-kadang terkesan heran saat melihat sifat manusia yang sepertinya sudah di luar jalur. Tidak normal untuk ukuran orang normal. 
Suatu kali bertemu dengan seseorang yang notabene mengklaim karya orang lain sebagai karyanya,  tetapi dengan tanpa merasa bersalah mengampanyekan untuk tidak plagiat.  Jati diri hilang demi nama besar. Kebanggaan semu atas pujian. Hati mulai jumawa,  menepuk dada bahwa dirilah yang berkarya. 
Kemudian tanpa disadari,  ada sebagian kecil penilai yang memahami bahwa semua yang dilakukan adalah palsu. Mungkin mereka bisa saja menertawai. Bisa juga mereka menjatuhkan. Mereka mampu,  tapi tak mau. 

Memang seharusnya ilmu padi menjadi panutan. Makin berat isi dalam bulir,  maka akan merasa sangat rendah hati. Merasa belum apa apa. 
Padi punya kemampuan untuk bangga. Punya kekuatan untuk menepuk dada. Tapi tak pernah punya kemauan menjadi jumawa. 

Sebatang padi yang belum berisi selalu tegak lurus ke atas. Mendongakkan wajah dan membusungkan dada. Berkata bahwa dialah yang berjaya.  Sementara padi disampingnya dengan bulir penuh ilmu kebajikan dan pengalaman hanya diam membisu.  Tidakkah merasa malu pada diri bahwa mereka yang penuh, mereka yang hebat,  mereka yang paham,  mereka yang lebih berilmu daripadamu tidak pernah jumawa sepertimu. Apakah masih punya wajah jika saja padi berbulir menyunggingkan senyum padamu?  
Maka berhentilah merasa bangga atas apa yang tidak pernah dibuat. Malu lah pada padi yang tak pernah jumawa..  

Foto by jurnalis sumbar (take from google) 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP MASA LALU UNTUK MASA DEPAN

MENULIS DALAM SEPIMU

MENJADI KUAT ITU SULIT ...