MERISIK DI NEGERI SEBERANG 3
"Loe yang setir ya, guwe mau menikmati keindahan alam pagi ini",Kataku pada Dina sambil menyerahkan kunci rocky kesayanganku padanya.
"Panasin dulu, guwe pamit ke Emak Bapak sebentar", lanjutku sambil bergegas ke arah dapur. Kalau jam segini Emak dan Bapak pasti di dapur. Emak menyiapkan sarapan, dan Bapak dengan setia menemani Emak di dapur sambil bercerita apapun. Romantis. Andai pasanganku nanti bisa begitu, pikirku.
"Mak, Lisa ke Manggar dengan Dina, ya ...?". ucapku.
"Ape kisah nak ke Manggar pepagi ni? ", tanya Emak Heran. Mata Emak tajam memperhatikan setiap sudut wajahku. "Hmmmmm, orang tua akan selalu mengenal anaknya", pikirku.
"Sarapan lah dulu", kata Bapak.
"Ntar aja, Pak, Dina dah nungguin looh. tar sarapan di luar aja ya, Pak, Mak", kataku sambil menyalami tangan kedua orang tuaku. Aku bergegas ke garasi karena Dina sudah menunggu cantik sedari tadi. Emak yang merasa khawatir menyusulku di belakang untuk mengantarku hingga teras rumah.
"Pamit ya, Maaaak, pergi ke Manggar sebentar", ucap Dina yang langsung turun dari Rocky saat melihat Emak di depan pintu.
"Ye laah, jangan lupe sarapan ye ...", kata Emak.
Kamipun bergegas naik ke rocky dan kemudian meninggalkan rumah.
.......
Udara pagi di kota ini masih bersih. Kuhela nafas dalam-dalam, lalu kuhembuskan pelan-pelan sambil duduk bersandar. Dina fokus menyetir sambil sesekali memperhatikan aku.
"Tar aja nanya. Guwe mau menikmati perjalanan ini", ujarku seolah-olah paham apa yang ada di kepala Dina.
"Yeeee, perjalanan apa. Perjalanan hidup ini? " , ucapnya mengejek.
Aku hanya tersenyum hingga pandangan kualihkan ke pinggir pantai Manggar yang sudah dekat. Suasana hatiku mulai tentram. Angin pantai mulai bersemilir menyapa wajahku.
"Cari tempat enak, Din! yang bisa sekalian pesan sarapan", ujarku.
........
"Mate kalau dah bengkak, dah beghat lah tu masalahnye. Pasti soal cinta-cintaan die ngan budak lelaki tu! ". Emak mulai menduga-duga.
"Cam tauuuuuu aje", kata Bapak tersenyum.
"Aku ni tau sangat perangai anak kite tu, Baang". Apeelah yang dibuat budak lelaki tu ye. Anak kite pule yang dibuatnye menangis! ", geram Emak.
"Semoge SK abang cepat keluo ye, tak sabo nak balek kampung. Tak sabo ketemu anak Hasan. Siape namenye Bang? ".
"Dirga, namenye", jawab Bapak.
"Hmmmm, namenye saje dah mantap sangat. Oghangnye pasti bedelau. Hasan pasti dah mendidik anaknyo dengan sangat baek. Semoge mereka ade jodoh ye, Bang? ".
"Aamiin", sahut Bapak.
........
Kusantap mie rebus kesukaanku di sebuah bungalo yang menghadap ke pantai. Makanan favorit saat stress melanda. Kutambahkan banyak sambal agar lebih nikmat.
"Loe mau makan atau mau bunuh diri! ", celetuk Dina.
"gapapa, loe tambah aja sambalnya, biar kerasa pedasnya. Pedasnya menjalani roda kehidupan ini, wkwkwkwkwkw", sahutku sambil tertawa lepas.
Dina ikut tertawa.
"Guwe bukan ga bisa cari cowok selain, dia. Caranya aja yang ga gentle. Tiba-tiba tanpa mau berkabar kemudian mutusin guwe tanpa sebab yang jelas".
Aku mengoceh sambil menikmati mie rebus yang sudah membuatku mulutku jadi panas.
"Kalau bosan, jenuh, atau lagi ada yang lain, kan tinggal ngomong. Pengecut banget, sih! . Asli guwe kesal dengan caranya. Hilang rasa jadinya".
"Orang baik jodohnya sama yang baik. Kali aja Tuhan pengen lihatin ke elo. Nih orang ga baik buat loe. Dari awal guwe udah ga suka lihat sikap dia. Cara dia memperlakukan loe agak kasar. Bukan cowok idaman deh. Lagian aneh juga guwe. Apa coba yang bisa buat loe jadian sama dia? ", Dina berkata geram
"Iiih, sewot amat!. Dendam terpendam sepertinya. Cinta itu buta, jadi mata guwe buta karena kegantengannya", timpalku.
"Ganteng tapi ga ada akhlak! ", seru Dina.
"Katanya loe mau cerita tentang Ardi. Apaan tuh, penasaran guwe!".
"Hmmmm". Dina menghela nafas panjang.
"Guwe tu baru tau kalau selama ini Ardi selingkuh sama si Ririn", ucapnya santai.
"Whattsss!!!!?? ". Aku kaget mendengarnya.
"Ririn????, eh, yang bener looooooh", tanyaku ga percaya.
"Truusss, menurut loe guwe bohong?
Orang kemaren sore guwe lihat dia jalan berdua pake motor peluk-pelukan. Nih tar ya guwe lihatin rekamannya". Dina yang dari tadi sudah geram segera membuka galeri ponselnya. Menunjukkan video yang kemaren sore di rekamnya.
"Loe harus buka mata. Dia ga baik buat loe. Guwe peduli makanya guwe cari bukti. Udah lama gelagatnya ga asik. Guwe ga suka loe diperalat", omelnya.
Aku hanya terdiam melihat setiap detik rekaman itu. Ada rasa perih menyelinap lagi ke hati. Perlahan terasa ada bulir bening jatuh di sudut mata.
foto from google
bersambung ...
Komentar
Posting Komentar