MERISIK DI NEGERI SEBERANG 2
Kuabaikan rencana Dina yang ingin ke rumahku. Setelah merapikan kamar, aku bergegas mengambil handuk untuk kemudian menuju kamar mandi. Muka sembab dan mata yang bengkak harus segera kututupi dari orang rumah. Kasihan Emak dan Bapak jika sampai tahu anaknya menangis.
Selintas menjelang ke kamar mandi, sayup-sayup terdengar percakapan Emak dan Bapak di ruang tengah. Kedengarannya sangat serius yang dibahas. Aku berlalu tanpa mengacuhkan percakapan tersebut. Biasalah, pembahasan suami istri tidak semuanya harus diketahui anak. Yang aku tahu saat ini adalah mengguyur seluruh tubuhku agar kepala ini menjadi dingin.
.............
Di ruang tengah.
Bapak: "Semue dah disiapkan Hasan. Kite tinggal balek. Umah kite dah dikemasnye dah. Tak payah bawak baghang".
Emak: " Due puloh tahun sudah kite meghantau di tempat ni. Lisa dah beso, dah patotlah belaki. Kalau aje die mau dijodohkan dengan anak Hasan, senaaaang hati ni bang".
Bapak: "Nanti kite cube cakap pelan-pelan 'ngan nak gades tu, Mak. Kalau ade jodoh pasti tak kan ke mane".
..........
Lumayan lama rasanya aku bermain dengan air dan merapikan wajahku yang sembab di kamar mandi. Dan semua ini harus selesai setelah emak mengetuk pintu kamar mandi.
"Saaaaa, Dina datang tuuuh".
"Hmmmm, beneran datang Dina". ucapku dalam hati.
"Ya, Maaak, ini sudah selesai koook", kataku sambil berteriak. Aku masih belum mau ke luar. Sisa sisa sembab masih harus didempul lagi dengan beberapa lotion agar tidak kelihatan.
Setelah langkah kaki Emak terdengar agak menjauh, akupun ke luar kamar mandi dan berlari kecil menuju kamarku. Sampai di kamar, ku ambil ponselku untuk menelpon Dina.
"Lo ke kamar guwe aja. Guwe di kamar! ".
Langsung kumatikan ponsel setelah Dina menyetujuinya.
Segera kupasang pakaian lalu mulai merapikan wajah di depan cermin.
Aku harus memgajak Dina ke luar. Jangan sampai kutumpahkan lagi tangisku hingga Emak dan Bapak melihat.
CEKREK. pintu kamar dibuka.
"Mau ke mana loe, rapih amat".
"Kita cerita di Manggar, Din. Ga di sini. Tar guwe nangis kelihatan sama Emak Bapak".
Kupercepat berdandan ala kadarnya. Setidaknya sembab dan bengkak di mata sudah agak tertutupi.
"Cus". Kutarik tangan Dina agar segera menuju ke tempat yang kukatakan.
Pantai Manggar adalah sebuah tempat favoritku di kota ini. Balikpapan. Yah. Aku tinggal di kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Sudah 20 tahun kami di sini sejak Bapak di tugaskan ke salah satu kantor cabang Dinas pemerintah. Bapak termasuk orang yang berpengaruh di kantornya sehingga dipercayakan memimpin salah satu cabang dinas di kota ini. Seluk beluk kota ini sudah kupahami. Wajar saja sih. Sejak berumur 5 tahun saat pindah le kota ini, setiap akhir pekan Bapak selalu mengajakku berkeliling kota. Quality time bersama keluarga. Sampai akhirnya akupun sudah terbiasa dengan kota ini. Mulai dari sekolah, kuliah, kerja, teman-teman, sampai bertemu Ardipun di kota ini karena Ardi adalah penduduk asli di sini. Sedangkan keluargaku hanya merantau. Tempat asal kami sangat jauh di negeri seberang. Bengkalis.
bersambung ...
(foto by: google)
Komentar
Posting Komentar