MERISIK DI NEGERI SEBERANG
Aura syahdu menabur lara dalam subuhku. Hati yang 'kupaksa mengakhiri rindu akhirnya tersayat perih. Berasa tapi tak terlihat.
Subuh ini 'ku panjatkan s'gala pintaku padaNya yang menguasai. Mata terpejam seolah mengubur kelam, memaki pada dendam. Berharap hati tenang saat kelopak mata ini terbuka.
Perlahan bibir ini mengucap istighfar. Cobaan seperti apa lagi ini? dan pertahanan bagaimana yang harus 'ku tempuh.
Subuh 'ku selesaikan. Mukena katun jepang yang baru ku beli kemarin sore menambah nyaman sujudku. Kejadian malam ini sudah membuatku lemah dan melayang. Lemas semua kaki ini terasa.
![]() |
20 Juli 2019, 19.25.
"Jika ini terus yang kau inginkan, dan waktumu tak bisa menunggu keputusanku, maka lebih baik kita sudahi, Lisa! ". Suara di seberang sana terdengar seperti membentak. Ada nada kesal yang tergambar.
Entah mengapa setiap kali di ajak berdiskusi tentang keseriusan kami, Ardi selalu terlihat gusar. Akan ada banyak alasan yang diungkapkannya. Harus membiayai adik-adiknyalah, ingin lanjut ke jenjang S3 lah, menunggu naik jabatan lah. Alasan yang kurasa terkesan dibuat buat. Laki-laki ini entah berniat serius atau mungkin memang belum siap?
"Kita selesai, dan jangan mencariku lagi! ", lanjutnya.
JLEB. Rasanya ada sebuah pisau tajam yang menusuk di jantung ini. Ada rasa geram, kesal, dan benci yang memuncak. Hina rasanya diri ini seolah aku yang sangat berharap. Seolah tidak ada laki-laki lain yang mau mendekati.
Sejak tengah malam tadi aku tak pindah dari sajadah ini. Semua luap amarah tumpah menjadi tangis yang tak henti. Hubungan yang terjalin hampir 4 tahun harus selesai tanpa kompromi. Hanya perih yang tersisa di hati.
.........
Akhirnya, ku hela nafas sedalam mungkin. Mencoba pasrah dengan kehendakNya. Ujian tidak akan pernah dipercayakan kepada seseorang yang tidak mampu. Dan aku harus yakin jika aku pasti mampu melewatinya.
Ku bereskan perlengkapan sholatku. Jam di dinding kamar sudah berbunyi enam kali sejak 10 menit yang lalu. "Saatnya memulai hari baru tanpamu", gumamku.
Sayup terdengar lagunya judika "cinta karena cintaaaaaaa ......." .Ponsel yang dari tadi kusimpan di bawah bantal berbunyi. Rasanya enggan berbicara pada siapapun saat ini.
Bunyi ponsel yang berulang akhirnya memaksaku mengangkatnya.
"Hai, jeeeuuung ..., maaf ga keangkat tadi malem. Lagian loe nelpon udah jam berape? ". Suara Dina di seberang sana.
"Hmmmm", jawabku malas.
"Ada apa sih? Aneh deh!", balasnya.
" Guweh and Ardi ... END! "
"WHATTSSSS!!???"
" ya"
"Eh, Lis. Bentar deh. Kayanya kita perlu ketemuan deh. Ada yang harus aku omongin juga tentang si Ardi ke elo".
"Ga penting lagi, Din".
"Terserah loe deh, yang jelas loe jangan ke mana mana ya. Tunggu guwe di rumah loe".
"Hmmm, bye", Jawabku sambil menekan tombol end pada ponselku.
"Ujian baru akan dimulai, Lisa", bisikku lirih.
bersambung ...
Komentar
Posting Komentar